Sejarah
Pendidikan Indonesia
Pendidikan
sejatinya lahir atas kebutuhan manusia itu sendiri, yaitu ketika manusia dalam
usaha mempertahankan hidupnya mulai melakukan proses belajar pada lingkungan
sekitarnya. Pendidikan mustahil lahir tanpa perkembangan manusia, dan manusia
pun akan runtuh tanpa pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat mengenal
alam dan sosial di sekitarnya, menemukan hubungan-hubungan diantaranya,
mengambil manfaat bagi keberlangsungan hidup spesiesnya, dan menitipkan
pengetahuan tersebut bagi generasi selanjutnya. Dengan kata lain pendidikan
adalah keseluruhan proses belajar manusia itu sendiri dalam mempertahankan
hidupnya sebagai manusia. Atau sederhananya Pendidikan adalah proses memanusiakan
manusia.
Sejarah Kurikulum Indonesia
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan
iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkanlandasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dalam merealisasikannya.
1.KONDISI
PENDIDIKAN ZAMAN DULU
A.Zaman Kemerdekaan
Upaya
pemerintahan Indonesia di bidang pendidikan awal kemerdekaan ialah mengangkat
tokoh pendidik yang telah berjasa pada masa kolonial seperti Ki Hadjar
Dewantara, Moh.
Syafe’i dari INS, Mr. Suwandi yang mengganti ejaan bahasa Indonesia
yang disusun sebelumnya
oleh Van Phuysen.
Pengaruh masuknya
ideologi kiri di dunia pendidikan ditandai melalui pengangkatan Menteri PP dan
K. Prof. Dr. Priyono dari partai Kiri Murba.
B.Zaman Orde Baru
Pemerintahan
Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknokrat dalam pucuk pimpinan pemerintahan
melancarkan usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III
dan seterusnya. Dalam Pelita I inilah pendidikan dapat diperkembangkan menurut
satu rencana yang sesuai dengan keuangan negara. Keuangan negara agak
membengkak waktu harga minyak mentah meloncat dari harga $3 menjadi $12 per
barrel. Hal ini memungkinkan didirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden)
mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Sebagai hasil Pelita I
dalam bidang pendidikan telah ditatar lebih dari 10.000 orang guru. Telah
dibagikan lebih dari 63,5 juta buku SD kelas I, telah dibangun 6000 buah
gedung SD, telah diangkat 57.740 orang guru terutama guru SD, serta dibangun 5
Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan
Ujung Pandang.
Bila
bicara tentang sejarah pemikiran pendidikan di Indonesia, maka orang akan sulit
untuk memisahkan dari nama besar Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara
pulang ke Tanah Air pada tahun 1918 setelah menempuh studinya di Belanda. Empat
tahun ke-mudian, tokoh yang tak bisa menyelesaikan pendidikan kedokteran di
STOVIA karena sakit ini baru bisa mewujudkan semua gagasannya tentang dunia
pendidikan dengan men-dirikan National Onderwijs Instituut Taman Siswa
pada 3 Juli 1932 di Yogyakarta.
Perguruan
bercorak nasional ini sangat menekankan rasa kebangsaan agar siswa mencintai
bangsa dan tanah air, sehingga tergerak untuk berjuang meraih kemerdekaan. Dari
tahun ke tahun, Taman Siswa terus menggeliat. Jumlah muridnya terus bertambah.
Artinya, semakin banyak pula rakyat Indonesia yang pikirannya terbuka. Melihat
kiprah Ki Hadjar Dewantara yang terus berkembang, pemerintah kolonial Belanda
kembali resah. Jalan pintas diambil: Taman Siswa mesti diberangus. Caranya,
dengan menerbitkan ordonansi sekolah liar pada 1 Oktober 1932. Namun, berkat
kegigihan Ki Hadjar Dewan-tara, bukannya Taman Siswa yang bubar, melainkan
justru ordonansi itulah yang akhirnya dicabut. Ketika Jepang masuk menggantikan
pemerintahan Hindia Belanda 1942, Ki Hadjar Dewantara tak henti berjuang lewat
politik dan pendidikan. Bersama beberapa tokoh nasional pada saat itu, Ki
Hadjar duduk sebagai salah seorang pimpinan Putera.
Dedikasi
panjangnya terhadap dunia pendidikan mengantarkan Ki Hadjar menjadi Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pertama setelah Indonesia merdeka.
Penyandang gelar
doctor honoriscausa
dari Universitas Gadjah Mada pada 1957 ini mengenalkan konsep orde en vreden(tertib dan damai), dengan
bertumpu pada prinsip pertumbuhan menurut kodrat. Konsep inilah yang
kemudian terkenal dengan metode Among,dengan 3 kutipan yang dikenal
trilogi peran kepemimpinan pendidik, yaitu “tut wuri handayani” (guru
hanya membimbing dari belakang dan mengingatkan jika tindakan siswa
membahayakan), “ing madya mangun karsa”(membangkitkan semangat dan memberikan
motivasi), dan “ing ngarsa sung tulada” (selalu menjadi contoh dalam
perilaku dan ucapan).
2.KONDISI
PENDIDIKAN ZAMAN SEKARANG
Perkembangan
dunia abad 21 ditandai dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam berbagai aktivitas kehidupan. Teknologi mampu menghubungkan
daerah daerah di berbagai belahan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis
sehingga dunia menjadi tanpa batas.Transformasi dunia abad 21 ini berdampak
pada :
Pasar dunia berkembang
Kompetisi dalam skala
global
Pengetahuan sebagai
mata uang baru
Kebutuhan akan
teknoligi
Perkembangan
di abad 21 ini juga tentunya akan berdampak pada dunia pendidikan. Proses
pembelajaran tentunya harus beradaptasi dengan perubahan. Pembelajaran abad 21
dengan kehadiran ICT dalam dunia pendidikan, menuntut siswa untuk
kreatif, inovatif, berfikir kritis serta metakognitif dan sehingga menjadikan
siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja kolaborasi (berkelompok).
dengan harapan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat
dijadikan bekal hidup di masyarakat yang memiliki karakter baik lokal maupun
global dan dapat dipertanggung jawabkan secara personal maupun sosial
masyarakat. Artinya terdapat kriteria yang dibutuhkan untuk menghadapi
pembelajaran abad 21 ini (21st century skills), yakni:
Kreativitas dan
kewirausahaan
Literasi teknologi dan
media
Komunikasi efektif
Pemecahan masalah
Berpikir kritis
Bekerja sama
Dengan
semakin berkembangnya teknologi di abad 21, maka proses pembelajaran harus
beradaptasi terhadap perubahan ini. Dari proses pembelajaran yang berbasis
Sumber Daya alam menjadi berbasis pengetahuan dengan disertai keterampilan
berteknologi. Seperti yang kita ketahui negara kita, Indonesia, memiliki sumber
daya alam yang sangat melimpah. Namun hanya dengan sumber daya alam saja tidak
cukup. Diperlukan Sumberdaya manusia yang meiliki pengetahuan dan terampil
menggunakan teknologi.
Selain itu dalam pembelajaran abad 21, terjadi perubahan paradigma pendidikan. Yang tadinya proses pembelajaran berpusat pada guru, maka harus dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang berpusat pada guru, pembelajaran lebeih menekankan seolah olah guru memberikan ceramah pada siswa tanpa memberikan kebebasan pada siswa. Guru menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran dan siswa tidak memiliki kebebasan sendiri. Paradigma ini sudah seharusnya dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dimana siswa lebih memiliki kebebasan untuk berbicara, kebebasan untuk mengemukakan pendapat,dll. Sehingga siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri. Selain itu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa diberikan pengalaman untuk belajar berkelompok, sehingga siswa bisa bersosialisi dengan temannya.
Dalam menghadapi pembelajaran abad 21 yang berbasis teknologi dan pengetahuan ini. Guru dihadapkan pada sebuah tantangan, yakni guru harus mampu:
Mempersiapkan siswa
untuk pekerjaan yang saat ini belum ada dan pekerjaan yang hilang
Mengunakan teknologi
yang belum ditemukan
Memecahkan masalah
yang belum muncul
Dalam transformasi
pendidikan abad 21 Seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi
tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Pedagogik.
Kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
Kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
2. Kepribadian.
Kemampuan kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang guru sebagai pribadi yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk maju. Yang pertama ditekankan adalah guru itu bermoral dan beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat penting karena salah satu tugas guru adalah membantu anak didik yang bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang baik. Bila guru sendiri tidak beriman kepada Tuhan dan tidak bermoral, maka menjadi sulit untuk dapat membantu anak didik beriman dan bermoral.
3. Sosial.
Kompetensi sosial meliputi: memiliki empati pada orang lain, memiliki toleransi pada orang lain, memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap kopetensi yang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
4. Profesional.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
Namun selain empat hal diatas terdapat satu kompetensi dasar yang perlu diperhatikan guru yaitu Teknoligi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Mengingat transformasi pembelajaran di abad 21 ini berbasis pengetahuan dan teknologi, maka guru memerlukan kompetensi TIK.
Adapun untuk menghadapi transformasi pendidknan abad 21 perlu memperhatikan langkah – langkah berikut:
Langkah 1
Kecakapan abad 21
Pembelajaran berpusat
pada siswa
Literasi teknologi
Berpkir tingkat tinggi
Langkah 2
Membuat RPP
Pembelajaran berbasis
proyek
Kolaborasi online
Penilaian abad 21
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
Fungsi filosofis:
Membawa penafsiran
Bertindak sebagai
ruang pembersih
Menawarkan sumber dan
bimbingan etis
Menginduksi kebiasaan
berpikir
Filsafat
pendidikan memiliki fungsi merumuskan dasar dan tujuan pendidikan, merumuskan
teori, bentuk dan sistem pendidikan serta merumuskan hubungannya dengan agama
dan kebudayaan. Fungsi filsafat pendidikan sangat strategis karena merumuskan
masalah-masalah mendasar yang berkait dengan dunia pendidikan dan hubungannya
dengan pembangunan bangsa dan negara. Dasar dan tujuan pendidikan yang jelas
akan memudahkan dalam penyelenggaraan pendidikan, dan dapat menjadi parameter
akan tercapai tidaknya apa yang dicita-citakan.
Adapun proses dan peran pendidikan adalah:
Adapun proses dan peran pendidikan adalah:
Serangkaian kegiatan
komunikasi yang melibatkan orang dewasa dengan tujuan untuk mendewasakan anak
Proses pendidikan
dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun menggunakan media Pendidikan akan
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya