NAMA KELOMPOK : (2KA22)
- DHITRA CHAIRUNNISA R. (12112006)
- MIFTAKHUL FURQON (14112582)
- TARI ARMITA PUTRI (17112296)
- SYARIFAH AIDILLA SORAYA (17112261)
- FUJI HARTINI (13112068)
»» READMORE...
- DHITRA CHAIRUNNISA R. (12112006)
- MIFTAKHUL FURQON (14112582)
- TARI ARMITA PUTRI (17112296)
- SYARIFAH AIDILLA SORAYA (17112261)
- FUJI HARTINI (13112068)
Tipologi
Budaya Organisasi
-
Pengertian Tipologi
merupakan suatu pengelompokan bahasa berdasarkan ciri khas tata kata dan tata
kalimatnya (Mallinson dan Blake,1981:1-3).
-
Tipologi budaya
organisasi bertujuan untuk menunjukkan aneka budaya organisasi yang mungkin ada
di realitas, Tipologi budaya organisasi dapat diturunkan dari tipologi
organisasi misalnya dengan membagi tipe organisasi dengan membuat tabulasi
silang antara jenis kekuasaan dengan jenis keterlibatan individu di dalam
organisasi.
-
Ada beberapa tipologi
budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998) mengkategorisasi jenis budaya
organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah; budaya yang
memiliki kecocokan strategik; dan budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya
kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya
tertentu. Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama
itu dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius mendorong
para manajer untuk mengikutinya. Karena akar-akarnya sudah mendalam, gaya dan
nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada pergantian
pimpinan.
-
Sejalan dengan itu,
Robbins (1990) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan budaya yang kuat adalah
budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut bersama
secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin
besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya tersebut.
Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut tidak
begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan kemungkinan
besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian pimpinan atau
sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
-
Jenis budaya yang
cocok secara strategik memiliki perspektif yang menegaskan tidak ada resep umum
untuk menyatakan seperti apa hakikat budaya yang baik itu, hanya apabila
“cocok” dengan konteksnya. Konteks itu dapat berupa kondisi objektif dari
organisasinya, segmen usahanya yang dispesifikasi oleh strategi organisasi atau
strategi bisnisnya sendiri. Konsep kecocokan sangat bermanfaat khususnya dalam
menjelaskan perbedaanperbedaan kinerja jangka pendek dan menengah. Esensi
konsepnya mengatakan bahwa suatu budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh
karena itu, beberapa variasi dibutuhkan untuk mencocokan tuntutan-tuntutan
spesifik dari bisnis bisnis yang berbeda itu.
-
Budaya adaptif
didasari pemikiran bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan dinamis yang
dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk dapat meraih sukses
dalam lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus tanggap terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dapat membaca kecenderungan-kecenderungan
penting dan melakukan penyesuaian secara cepat. Budaya organisasi adaptif
memungkinkan organisasi mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi tanpa
harus berbenturan dengan perubahan itu sendiri.
-
Selanjutnya, Luthans
(1992) memaparkan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:
a)
Peraturan-peraturan
perilaku yang harus dipenuhi.
b)
Norma-norma
c)
Nilai-nilai yang
dominan
d)
Filosofi
e)
Aturan-aturan
f)
Iklim organisasi
-
Semua karakteristik
budaya organisasi tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya,
dalam arti bahwa unsur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang berlaku dalam
suatu jenis organisasi, baik yang berorientasi pada pelayanan jasa maupun
organisasi yang menghasilkan produk barang.
-
Robbins (1990)
mengemukakan 10 karakteristik budaya organisasi, yaitu:
a)
Inisiatif
individu
b)
Toleransi
terhadap resiko
c)
Pengarahan
d)
Integrasi
e)
Dukungan
manajemen
f)
Pengawasan
g)
Identitas
h)
Sistem
penghargaan
i)
Toleransi
terhadap konflik
j)
Pola komunikasi
-
Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory
(Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi :
1.
Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan
muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, dan kemudian
mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai
karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan
memecahkan suatu masalah.
2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah
orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada
karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi. Perusahaan juga
menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang tinggi serta
mengutamakan kerja sama tim.
3. Tim bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para
pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga berorientasi pada hasil yang
dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih menyukai karyawan yang agresif.
Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari segala usia dan
pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang sangat besar dan
kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.
4. Benteng
Perusahaan condong untuk mempertahankan
budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan tidak dapat
dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori karena merek
memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam masa
peralihan.
-
Inisiatif individual
adalah seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini
meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota
organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam
melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
-
Toleransi terhadap
risiko, menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih
agresif, inovatif dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya. Pengarahan, hal
ini berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan
harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut
dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
-
Integrasi adalah
seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam melaksanakan
tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang
baik. Dukungan manajemen, dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan
komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya.
-
Pengawasan, meliputi
peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara
keseluruhan dari perilaku karyawan. Identitas, menggambarkan pemahaman anggota
organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh
loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
-
Sistem penghargaan pun
akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian “reward”
(kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah
ditentukan. Toleransi terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana usaha untuk
mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi. Karakteristik
yang terakhir adalah pola komunikasi, yang terbatas pada hierarki formal dari
setiap perusahaan.
-
Jenis kekuasaan dan
keterlibatan individu dalam organisasi dibagi menjadi :
1.
Koersif
2.
Remuneratif
3.
Normatif
PENGERTIAN :
a)
Organisasi Koersif,
adalah organisasi di mana para anggota organisasi harus mematuhi apapun
peraturan yang diberlakukan.
b)
Organisasi
Utilitarian, adalah organisasi di mana para anggota diperlakukan secara adil
dalam pekerjaan dan hasil sesuai dengan standart atau ketentuan yang yang
disepakati bersama oleh anggota organisasi
c)
Organisasi Normatif,
adalah organisasi di mana para anggota organisasinya memberikan kontribusi
tinggi pada komitmen karena menganggap organisasi adalah sama dengan tujuan
diri mereka sendiri.